IbadahRitual harus Dibarengi dengan Ibadah Sosial. by ilham. 9 months ago. in Berita, Nasional. MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANDUNG—Selain QS. Al Shaff ayat 10 sampai 13, Agung Danarto juga meyakini bahwa QS. Al Hujurat ayat 10 menjadi landasan teologis dari berkembangnya kegiatan amal usaha di Muhammadiyah. Ayat tersebut juga membicarakan tentang IbadahSosial. By. Suherman Syach. Terkadang "ibadah" dimaknai sempit sebagian orang. Para awam menganggap ibadah keagamaan hanyalah yang bersifat ritual dan bersyariat khusus. Amalan selain ibadah ritual tersebut, mereka tidak menggolongkannya sebagai ibadah. Implikasinya, mereka menilai hanya ibadah ritual yang menjadi sarana penyembahan IbadahRitual dan Ibadah Sosial. Pengejawantahan dari janji tersebut ialah mealaksanakan apa yang diperintahkan dan menjauhi larangan Tuhan. Oleh sebab itu, manusia mulai berlomba melakukan kebaikan sebagai bukti kepatuhan kepada Tuhan. Maka tak heran di berbagai tempat banyak kita jumpai kegiatan berbau agama yang dengan beragam sebutan atau Mengapaibadah ritual harus sejalan dengan ibadah sosial?jelaskan! - 34760481 syahrulridwantb syahrulridwantb 19.10.2020 B. Arab Sekolah Menengah Atas terjawab Mengapa ibadah ritual harus sejalan dengan ibadah sosial?jelaskan! 1 Lihat jawaban Iklan Iklan nilna7793 nilna7793 Jawaban: supaya ibadah tersebut dapat diterima. maaf kalo salah. Iklan AlMaun - Baca Nurawala. Memotret Relasi Ibadah Ritual dan Ibadah Sosial dalam QS. Al-Maun. "Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah Nilaikedua ibadah, baik ritual dan sosial sama-sama urgen dan penting dalam pandangan Islam. Keduanya perlu dan bahkan wajib dilakukan oleh setiap muslim yang memenuhi syarat-syarat tertentu. Betapa signifikan kedua ibadah itu dalam Islam tergambar di berbagai ayat Al-Qur'an yang senantiasa menyandingkan kewajiban mendirikan ibadah shalat Halitu berarti, setiap orang penting memahami dimensi sosial dari setiap ibadah ritual. Meski ibadah-ibadah ritual itu dilakukan dalam rangka membangun hubungan baik dengan Allah SWT ( hablun minallah ), tujuan akhirnya adalah agar seseorang memperbaiki akhlaknya pada sesama ( hablun minannas ). Pesan ini penting agar tidak terjadi kesenjangan Dengankata lain, kesalehan ritual-individual harus sejalan dengan kesalehan sosial. Dianggap sia-sia ibadah ritual seseorang, jika tidak disertai dengan ibadah sosial. Rajin shalat jamah di Masjid, harus diimbangi dengan rajin sedekah, peduli dengan nasib kaum mustadh'afin. Rutin mengaji harus disertai dengan rutin berbagi kepada saudara Ketiga kalau ibadah ritual kita bercacat, kita dianjurkan untuk berbuat sesuatu yang bersifat sosial. Misalnya ritual puasa. Kalau kita melanggar larangan puasa, maka salah satu tebusannya adalah member makan kepada fakir miskin. Juga ritual haji, kalau terkena dam, kita harus menyembelih binatang dan dagingnya dibagikan kepada fakir miskin. Ibadahritual yang kita lakukan harus merefleksikan sebuah kegiatan-kegiatan yang memberikan pencerahan dan kegiatan penyegaran kepada lingkungan masyarakat. Sholat kita, puasa kita, zakat kita, dzikir kita, tahlil kita tilawah Qur'an kita hendaklah memberikan dampak pengaruh social dalam kehidupan kita. Untuk itulah Rasulullah SAW menyatakan KQXJIM. Mengapa Ibadah Ritual Harus Sejalan Dengan Ibadah Sosial – Ibadah ritual dan ibadah sosial merupakan bagian dari kehidupan beragama. Keduanya memiliki keterkaitan yang kuat dan memiliki tujuan yang sama, yaitu meningkatkan kehidupan spiritual dan moral seseorang. Namun, ada perbedaan yang jelas antara kedua jenis ibadah ini. Ibadah ritual adalah ibadah yang berhubungan dengan pengamalan ritus-ritus agama tertentu. Ibadah sosial, di sisi lain, adalah pengamalan nilai-nilai dan prinsip agama dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun ada perbedaan antara ibadah ritual dan ibadah sosial, keduanya saling terkait. Ibadah ritual dapat membantu seseorang untuk memahami nilai-nilai agama dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini karena ibadah ritual menyediakan cara untuk memahami nilai-nilai agama dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Ibadah ritual juga merepresentasikan nilai-nilai agama yang sama yang dianut oleh komunitas agama tertentu. Mengapa ibadah ritual harus sejalan dengan ibadah sosial? Hal ini karena ibadah ritual adalah bentuk pengamalan nilai-nilai agama. Dengan melakukan ibadah ritual, seseorang dapat meningkatkan kehidupan spiritual dan moral mereka. Ibadah ritual juga dapat membantu seseorang untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan bermoral. Dengan mengamalkan nilai-nilai agama melalui ibadah ritual, seseorang akan lebih mudah menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, ibadah ritual juga dapat membantu menciptakan ikatan yang kuat antara anggota komunitas agama. Dengan melaksanakan ibadah ritual bersama-sama, orang dapat merasakan kesatuan dan persatuan bersama-sama. Hal ini dapat membantu menciptakan suasana yang saling menghormati dan menghargai di antara anggota komunitas agama. Ini akan membantu meningkatkan interaksi sosial di antara anggota komunitas agama. Kemudian, ibadah ritual dapat membantu menciptakan suasana toleransi dan persaudaraan. Dengan beribadah bersama-sama, orang dapat belajar tentang nilai-nilai agama yang berbeda dan menghargai nilai-nilai yang dimiliki oleh orang lain. Hal ini akan membantu menciptakan suasana di mana semua orang dapat saling menghargai dan bekerjasama dalam melaksanakan ibadah. Ini akan membantu meningkatkan kerukunan dan toleransi di antara anggota komunitas agama. Jadi, ibadah ritual dan ibadah sosial harus berjalan seiring. Ibadah ritual membantu seseorang untuk meningkatkan kehidupan spiritual dan moral mereka serta membantu menciptakan ikatan antara anggota komunitas agama. Ibadah sosial, di sisi lain, membantu seseorang untuk mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Keduanya harus diikuti bersama-sama untuk memastikan bahwa seseorang dapat mencapai tujuan spiritual dan moral yang lebih tinggi. Dengan begitu, ibadah ritual dan ibadah sosial harus sejalan satu sama lain. Penjelasan Lengkap Mengapa Ibadah Ritual Harus Sejalan Dengan Ibadah Sosial1. Ibadah ritual dan ibadah sosial merupakan bagian dari kehidupan beragama yang memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk meningkatkan kehidupan spiritual dan moral seseorang. 2. Ibadah ritual adalah ibadah yang berhubungan dengan pengamalan ritus-ritus agama tertentu, sedangkan ibadah sosial adalah pengamalan nilai-nilai dan prinsip agama dalam kehidupan Ibadah ritual dapat membantu seseorang untuk memahami nilai-nilai agama dan mengimplementasikannya dalam kehidupan Ibadah ritual dapat membantu menciptakan ikatan yang kuat antara anggota komunitas agama dan menciptakan suasana toleransi dan Ibadah ritual dan ibadah sosial harus berjalan seiring untuk memastikan bahwa seseorang dapat mencapai tujuan spiritual dan moral yang lebih tinggi. 1. Ibadah ritual dan ibadah sosial merupakan bagian dari kehidupan beragama yang memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk meningkatkan kehidupan spiritual dan moral seseorang. Ibadah ritual dan ibadah sosial merupakan bagian dari kehidupan beragama yang memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk meningkatkan kehidupan spiritual dan moral seseorang. Ibadah ritual meliputi berbagai ritual dan upacara yang dilakukan untuk memuja dan menyembah Tuhan, sementara ibadah sosial meliputi berbagai tindakan yang dilakukan untuk membantu dan menyayangi sesama manusia. Meskipun keduanya memiliki tujuan yang sama, namun perbedaan antara keduanya dalam hal praktik, konteks, dan konsepnya menyebabkan mereka berbeda satu sama lain. Karena itu, ibadah ritual dan ibadah sosial harus sejalan agar tujuan yang ingin dicapai tercapai dengan baik. Pertama-tama, ibadah ritual dan ibadah sosial harus sejalan karena ibadah ritual harus didasarkan pada ajaran dan nilai-nilai agama. Ibadah ritual yang dilakukan tanpa mengikuti ajaran agama akan sia-sia, karena hanya akan menghasilkan hasil yang tidak bermanfaat. Ibadah sosial yang dilakukan tanpa didasarkan pada ajaran agama juga tidak akan bermanfaat, karena tidak akan meningkatkan kehidupan spiritual seseorang. Oleh karena itu, ibadah ritual dan ibadah sosial harus sejalan agar ibadah yang dilakukan memiliki tujuan yang jelas. Kedua, ibadah ritual dan ibadah sosial harus sejalan karena ibadah ritual tidak hanya membutuhkan praktik, namun juga pemahaman. Ibadah ritual yang dilakukan tanpa pemahaman yang memadai hanya akan membuat orang melakukan ritual-ritual tanpa memahami maksud dan tujuan dari ritual tersebut. Ibadah sosial yang dilakukan tanpa pemahaman akan menghasilkan tindakan yang tidak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, ibadah ritual dan ibadah sosial harus sejalan agar ibadah yang dilakukan memiliki tujuan yang jelas. Ketiga, ibadah ritual dan ibadah sosial harus sejalan karena ibadah ritual harus didasarkan pada konteks sosial. Ibadah ritual yang dilakukan tanpa memperhatikan konteks sosial akan menghasilkan hasil yang tidak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Ibadah sosial yang dilakukan tanpa memperhatikan konteks sosial juga tidak akan bermanfaat, karena tidak akan membawa perubahan yang berarti bagi masyarakat. Oleh karena itu, ibadah ritual dan ibadah sosial harus sejalan agar ibadah yang dilakukan memiliki tujuan yang jelas. Keempat, ibadah ritual dan ibadah sosial harus sejalan karena ibadah ritual harus didasarkan pada konsep kasih sayang. Ibadah ritual yang dilakukan tanpa menghormati nilai-nilai kasih sayang akan menghasilkan hasil yang tidak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Ibadah sosial yang dilakukan tanpa menghormati nilai-nilai kasih sayang juga tidak akan bermanfaat, karena tidak akan membawa perubahan yang berarti bagi masyarakat. Oleh karena itu, ibadah ritual dan ibadah sosial harus sejalan agar ibadah yang dilakukan memiliki tujuan yang jelas. Dengan melakukan ibadah ritual dan ibadah sosial secara bersamaan, seseorang dapat meningkatkan kehidupan spiritual dan moralnya dengan lebih baik. Ibadah ritual dan ibadah sosial harus sejalan agar tujuan yang ingin dicapai tercapai dengan baik. Ibadah ritual yang dilakukan didasarkan pada ajaran agama, memiliki pemahaman yang memadai, didasarkan pada konteks sosial, dan didasarkan pada nilai-nilai kasih sayang akan menghasilkan hasil yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, ibadah ritual dan ibadah sosial harus dilakukan secara sejalan agar tujuan yang ingin dicapai tercapai dengan baik. 2. Ibadah ritual adalah ibadah yang berhubungan dengan pengamalan ritus-ritus agama tertentu, sedangkan ibadah sosial adalah pengamalan nilai-nilai dan prinsip agama dalam kehidupan sehari-hari. Ibadah ritual dan ibadah sosial adalah komponen penting dalam kehidupan umat beragama. Ibadah ritual berhubungan dengan pengamalan ritus-ritus agama tertentu, sedangkan ibadah sosial adalah pengamalan nilai-nilai dan prinsip agama dalam kehidupan sehari-hari. Setiap agama memiliki satu atau lebih ritual yang harus diikuti oleh umatnya. Ritual ini bisa berkisar dari upacara pernikahan, upacara pembukaan kantor, upacara penyembelihan binatang, dan sebagainya. Mengapa ibadah ritual dan ibadah sosial harus sejalan? Banyak alasan di balik ini. Pertama, ibadah ritual dan ibadah sosial adalah bagian dari satu agama. Jadi, mereka harus memiliki kesatuan dan keterkaitan. Kedua, ibadah ritual dan ibadah sosial memiliki tujuan yang sama, yaitu menyebarkan nilai-nilai dan prinsip agama kepada pengikutnya. Ibadah ritual harus mencerminkan nilai-nilai dan prinsip agama yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, ibadah ritual dan ibadah sosial memiliki hubungan yang erat. Jika ibadah sosial tidak berjalan dengan baik, ibadah ritual juga akan menjadi tidak berarti. Ibadah sosial adalah cara untuk mengajarkan nilai-nilai dan prinsip agama kepada pengikutnya, dan ibadah ritual adalah cara untuk melaksanakan nilai-nilai dan prinsip agama tersebut. Jadi, ibadah ritual harus sejalan dengan ibadah sosial agar nilai-nilai agama dapat terus dihayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Keempat, ibadah ritual dan ibadah sosial harus sejalan untuk menciptakan keseimbangan spiritual dan materi di dalam hidup umat beragama. Ibadah sosial adalah cara untuk meningkatkan tingkat spiritualitas melalui pengamalan nilai-nilai dan prinsip agama. Ibadah ritual adalah cara untuk meningkatkan tingkat materialisme dengan menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan ibadah. Keseimbangan antara ibadah ritual dan ibadah sosial akan membantu umat beragama untuk hidup sehat dan seimbang. Kelima, ibadah ritual dan ibadah sosial harus sejalan untuk membuat umat beragama lebih dekat dengan Tuhan. Ibadah sosial akan membantu umat beragama untuk menghayati nilai-nilai dan prinsip agama. Sedangkan ibadah ritual akan membantu umat beragama untuk lebih dekat dengan Tuhan melalui upacara-upacara yang ditujukan untuk memuji Tuhan dan berdoa kepada-Nya. Jadi, ibadah ritual dan ibadah sosial harus sejalan agar umat beragama dapat hidup sehat dan seimbang. Ibadah ritual adalah cara untuk melaksanakan nilai-nilai dan prinsip agama, dan ibadah sosial adalah cara untuk menghayati nilai-nilai dan prinsip agama. Jadi, ibadah ritual dan ibadah sosial harus sejalan agar nilai-nilai agama dapat terus dihayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Ibadah ritual dapat membantu seseorang untuk memahami nilai-nilai agama dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kita berbicara tentang ibadah ritual, yang pertama kali terlintas dalam pikiran kita adalah melakukan ibadah berdasarkan ajaran agama. Ibadah ritual merupakan bagian penting dari kehidupan beragama karena memberi kesempatan bagi umat beragama untuk memperdalam ketaatan mereka kepada Tuhan. Namun, ibadah ritual tidak hanya sampai di situ. Ibadah ritual dapat membantu seseorang untuk memahami nilai-nilai agama dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Ibadah ritual dapat membantu seseorang untuk memahami nilai-nilai agama dalam banyak cara. Pertama, ketika seseorang melakukan ibadah ritual, ia akan membaca dan memahami ajaran-ajaran agama yang tertulis dalam kitab suci. Ini akan membantu mereka untuk mengetahui bagaimana mereka harus berperilaku, bagaimana mereka harus menjalani kehidupan sehari-hari, dan bagaimana mereka harus menghormati orang lain. Kedua, ibadah ritual juga memberi kesempatan bagi orang untuk berinteraksi dengan orang lain yang beragama yang sama. Ini akan membantu mereka untuk memahami nilai-nilai agama dari orang lain dan meningkatkan empati mereka. Selain membantu seseorang untuk memahami nilai-nilai agama, ibadah ritual juga dapat membantu seseorang untuk mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Ketika seseorang melakukan ibadah ritual, ia akan memiliki komitmen yang lebih kuat untuk mengikuti ajaran-ajaran agama yang tertulis dalam kitab suci. Ini akan membantu mereka untuk menjaga ketaatan mereka kepada Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika seseorang memahami nilai-nilai agama dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari, ia akan menjadi orang yang lebih bermoral dan beradab. Ini akan membantu mereka untuk lebih menghormati dan menghargai orang lain dan membuat mereka lebih berkontribusi dalam masyarakat. Selain itu, ibadah ritual juga akan membantu mereka untuk mengembangkan kualitas hidup mereka dan menjadi orang yang lebih bijaksana. Dengan demikian, ibadah ritual dapat membantu seseorang untuk memahami nilai-nilai agama dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Ini akan membantu mereka untuk mengembangkan sikap yang bermoral dan beradab, serta membuat mereka lebih berkontribusi dalam masyarakat. Dengan demikian, ibadah ritual harus sejalan dengan ibadah sosial agar umat beragama dapat menjalani kehidupan yang lebih bermanfaat dan bermakna. 4. Ibadah ritual dapat membantu menciptakan ikatan yang kuat antara anggota komunitas agama dan menciptakan suasana toleransi dan persaudaraan. Ibadah ritual adalah sebuah proses yang melibatkan ritus dan gerakan yang berulang-ulang yang dilakukan oleh sebuah komunitas agama untuk menyatakan komitmennya pada agama tersebut dan untuk mengikuti ajarannya. Ibadah ritual dapat membantu menciptakan ikatan yang kuat antara anggota komunitas agama dan menciptakan suasana toleransi dan persaudaraan. Ibadah ritual dapat membantu menciptakan ikatan yang kuat antara anggota komunitas agama karena mereka berbagi ritus dan gerakan yang sama. Dengan berbagi ritual yang sama, anggota komunitas tersebut akan lebih mengerti satu sama lain, dan bisa saling memahami dan membangun hubungan yang lebih kuat. Selain itu, ritual juga dapat membantu meningkatkan rasa kebersamaan dan saling mendukung di antara para anggota komunitas. Ibadah ritual juga dapat menciptakan suasana toleransi dan persaudaraan di antara anggota komunitas agama. Dengan berbagi ritus yang sama, setiap anggota komunitas akan memahami satu sama lain dan akan menjadi lebih toleren terhadap pendapat dan pandangan yang berbeda. Selain itu, ibadah ritual juga dapat membantu meningkatkan rasa persaudaraan di antara anggota komunitas agama. Mereka akan saling menghormati dan berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Karena ibadah ritual dan ibadah sosial berfungsi untuk menciptakan ikatan yang kuat antara anggota komunitas agama, maka ibadah ritual harus sejalan dengan ibadah sosial. Sebagai contoh, dalam komunitas agama Kristen, ibadah ritual seperti perayaan Paskah dan Natal haruslah disertai dengan ibadah sosial seperti mengunjungi orang yang sakit, membantu orang yang kurang mampu, dan melakukan kegiatan amal lainnya. Dengan melakukan ibadah ritual dan ibadah sosial secara bersama-sama, anggota komunitas agama dapat berbagi kasih dan menciptakan ikatan yang kuat antara mereka. Dengan demikian, ibadah ritual harus sejalan dengan ibadah sosial. Ibadah sosial akan membantu menciptakan ikatan yang kuat antara anggota komunitas agama dan menciptakan suasana toleransi dan persaudaraan di antara mereka. Dengan melakukan ibadah ritual dan ibadah sosial secara bersama-sama, anggota komunitas agama akan lebih mengerti satu sama lain dan dapat meningkatkan rasa persaudaraan di antara mereka. 5. Ibadah ritual dan ibadah sosial harus berjalan seiring untuk memastikan bahwa seseorang dapat mencapai tujuan spiritual dan moral yang lebih tinggi. Ibadah ritual dan ibadah sosial adalah dua bentuk ibadah yang berbeda yang penting dalam agama. Ibadah ritual melibatkan praktik khusus yang dimainkan dalam upacara agama, sementara ibadah sosial melibatkan hubungan dengan orang lain yang berbeda. Kedua bentuk ibadah ini harus berjalan seiring untuk memastikan bahwa seseorang dapat mencapai tujuan spiritual dan moral yang lebih tinggi. Pertama, ibadah ritual membantu seseorang untuk menghilangkan diri dari dunia material dan menghadapkan diri pada Tuhan. Ibadah ritual adalah cara untuk mencapai kesadaran spiritual dan menghadapkan diri pada kekuatan yang lebih besar. Ibadah ritual juga memungkinkan seseorang untuk merasakan kedekatan dengan Tuhan dan mencapai pemahaman tentang hakekat kehidupan. Hal ini penting untuk mencapai tujuan spiritual dan moral yang lebih tinggi. Kedua, ibadah sosial membantu seseorang untuk mengikuti aturan dan nilai-nilai moral yang ditentukan oleh agama. Ini adalah cara untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral yang diterapkan dalam agama. Ibadah sosial juga memungkinkan seseorang untuk membentuk hubungan yang lebih kuat dengan orang lain yang berbeda dan menghormati perbedaan mereka. Ini penting untuk mencapai tujuan spiritual dan moral yang lebih tinggi. Ketiga, ibadah ritual dan ibadah sosial membantu seseorang untuk mencapai ketenangan dan kedamaian. Ibadah ritual membantu seseorang untuk merenungkan dan menapaki jalan spiritual yang dapat membawa mereka kepada ketenangan dan kedamaian. Ibadah sosial juga memungkinkan seseorang untuk membangun hubungan yang kuat dengan orang lain dan menghormati perbedaan mereka. Hal ini membantu seseorang untuk mencapai ketenangan dan kedamaian. Keempat, ibadah ritual dan ibadah sosial membantu seseorang untuk membentuk keyakinan dan pandangan hidup yang kuat. Ibadah ritual memungkinkan seseorang untuk membangun keyakinan dan pandangan hidup yang kuat dengan menghadapkan diri pada Tuhan dan kekuatan yang lebih besar. Ibadah sosial memungkinkan seseorang untuk membangun hubungan yang kuat dengan orang lain yang berbeda dan menghormati perbedaan mereka. Hal ini membantu seseorang untuk membentuk keyakinan dan pandangan hidup yang kuat. Kelima, ibadah ritual dan ibadah sosial membantu seseorang untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Ibadah ritual memungkinkan seseorang untuk merenungkan dan memahami nilai-nilai dan prinsip-prinsip spiritual yang diterapkan dalam agama. Ibadah sosial memungkinkan seseorang untuk membangun hubungan yang lebih kuat dengan orang lain yang berbeda dan menghormati perbedaan mereka. Hal ini membantu seseorang untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Kesimpulannya, ibadah ritual dan ibadah sosial harus berjalan seiring untuk memastikan bahwa seseorang dapat mencapai tujuan spiritual dan moral yang lebih tinggi. Ibadah ritual membantu seseorang untuk menghilangkan diri dari dunia material dan menghadapkan diri pada Tuhan. Ibadah sosial membantu seseorang untuk mengikuti aturan dan nilai-nilai moral yang ditentukan oleh agama. Ibadah ritual dan ibadah sosial juga memungkinkan seseorang untuk membentuk keyakinan dan pandangan hidup yang kuat dan menjadi pribadi yang lebih baik. Dengan melakukan ibadah ritual dan ibadah sosial, seseorang dapat mencapai tujuan spiritual dan moral yang lebih tinggi dan mencapai kesadaran spiritual. Jakarta - Salahuddin Wahid, pengasuh Pesantren Tebuireng Jombang, kembali mengingatkan dalam Ramadan ini soal ibadah ritual dan perilaku sosial. Inilah tausiahnyaHadis sahih riwayat An-Nasai, Baihaqi, Ibnu Huzaimah, dan Thabrani dari Abi Ubaidah RA "Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Puasa adalah perisai selama yang bersangkutan tidak merusak'. Lalu ada pertanyaan, 'Dengan apa merusaknya?' Jawab Rasulullah 'Dengan berbohong atau bergunjing'.”Kejujuran adalah bagian utama dari ketakwaan kita. Kita pun menjalani puasa kita dengan penuh kejujuran. Rasanya tidak ada orang yang memulai harinya dengan makan sahur, lalu di luar rumah dia makan/minum dengan sembunyi-sembunyi. Penelitian Riaz Hassan dari Flinders University, Australia, pada 2005 mengungkapkan bahwa muslim Indonesia mempunyai kesalehan ritual tinggi. Ia menemukan fakta bahwa 96 persen umat Islam di Indonesia menjalankan salat lima waktu, Mesir 90 persen, Pakistan 56 persen, dan Kazakstan 5 persen. Umat Islam yang berpuasa di Mesir dan Indonesia mencapai 99 persen, Pakistan 93 persen, dan Kazakstan 19 persen. Sebanyak 94 persen muslim Indonesia membayar zakat, Mesir 87 persen, Pakistan 58 persen, dan Kazakstan 49 penelitian di atas benar adanya. Dibandingkan saat saya SMA atau kuliah 40-50 tahun lalu, jumlah warga muslim Indonesia yang saleh secara ritual jelas fakta positif di atas tampaknya tidak sejalan dengan perilaku sosial umat Islam di Indonesia. Banyak pemeluk Islam di Indonesia tidak mengaitkan ibadah ritual salat, puasa, haji dengan perilaku sosial secara luas. Puasa lebih dilihat sebagai kewajiban yang harus dijalankan tanpa melihat bagaimana mutu puasa umat Islam tidak terlalu peduli akan dampak positif puasa itu terhadap kehidupan sosial ataupun kehidupan profesional. Kita tidak risau apakah puasa kita itu hanya puasa fisik, bukan puasa batin. Padahal Rasulullah SAW sudah memperingatkan bahwa banyak orang berpuasa hanya mendapatkan haus dan lelah. Penyalahgunaan kekuasaan sudah menjadi kebiasaan di mana-mana, apa pun jabatan kita. Pejabat pemerintah sipil, militer, Polri sudah sejak dulu menyalahgunakan kekuasaan. Anggota DPR/DPRD kini mengikuti jejak yang salah arah tersebut. Pejabat pengadilan dan pengacara juga sudah ketularan virus tersebut. Perizinan menjadi industri yang menguntungkan bagi para penguasa. Industri ini aman dan tidak mudah dilacak. Bagi para pelakunya, hal itu dianggap bukan penyalahgunaan mendidik kita mengendalikan hawa nafsu. Cukup banyak yang berhasil. Mengapa pengendalian diri itu hanya bertahan dalam sebulan? Banyak ceramah serta tulisan yang bagus dan menyentuh hati. Namun hal itu tampaknya belum bisa mempengaruhi kita. Mengapa bisa terjadi seperti itu?Apakah dalam perenungan malam hari pada bulan Ramadan kita berani dan mampu mawas diri dengan teliti sehingga menyadari dosa sosial dan dosa profesional yang telah kita lakukan dan bersungguh-sungguh untuk bertobat dan tidak mengulanginya? Semoga pada Ramadan ini Allah bermurah hati untuk menyadarkan diri kita sehingga kita mampu menelisik dosa-dosa kita. Jauh sebelum dilahirkan ke dunia, manusia telah melakukan semacam “kontrak pengabdian” dengan Tuhan Yang Maha Esa di alam ruh. Peristiwa yang terjadi di alam ruh itu ialah kesaksian dan perjanjian antara manusia sebagai hamba dengan Tuhan sebagai pencipta. Meskipun dalam perjalanan hidupnya manusia sering acuh akan perjanjian itu. Acuh terhadap ibadah ritual dan ibadah sosial. Ibadah Ritual dan Ibadah Sosial Pengejawantahan dari janji tersebut ialah mealaksanakan apa yang diperintahkan dan menjauhi larangan Tuhan. Oleh sebab itu, manusia mulai berlomba melakukan kebaikan sebagai bukti kepatuhan kepada Tuhan. Maka tak heran di berbagai tempat banyak kita jumpai kegiatan berbau agama yang dengan beragam sebutan atau nama perkumpulannya. Masyarakat yang mengaku sadar agama semakin kreatif dalam melakukan berbagai aktivitas ritual ibadah sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan. Mereka berlomba–lomba melakukan berbagai kegiatan keagamaan walaupun kadang–kadang terkesan memaksakan diri dan mengundang pertanyaan. Terkadang juga semangat beragama yang tinggi tidak selalu linier dengan akhlak pelakunya. Misalnya ada yang rajin berzikir tetapi di lain kesempatan kata-kata kotor juga memenuhi mulutnya. Orang seperti ini hanya mampu olah zikir tapi tak mampu olah pikir. Bahkan seorang penghafal Al-Qur’an pun belum tentu mampu menerjemahkan keindahan nilai-nilai moral yang ada dalam kitab suci itu ke dalam perilakunya. Banyak yang pandai melantunkan ayat-ayat suci tetapi sayangnya kesucian dan keindahan nilai yang dikandungnya hanya sampai di tenggorokan saja. Sebuah peristiwa yang tercatat dalam sejarah yaitu, seseorang yang menghabisi nyawa sahabat sekaligus menantu tercinta sang Nabi adalah seorang penghafal Al-Qur’an dan ahli ibadah. Ini adalah bukti nyata paradoks antara kesahalehan ritual dan keshalehan sosial. Fenomena tersebut mengingatkan saya pada ucapan seorang teman; “tidak semua yang berzikir itu mampu menggunakan akal sehatnya. Banyak yang kelihatannya berzikir tetapi nalarnya tidak berfungsi”. Saya mencoba memahami maksud ucapannya, ternyata kalau direnungkan ada benarnya juga, karena untuk bertindak benar tidak cukup hanya memaksimalkan zikir tetapi harus memadukan akal sehat. Kesenjangan Ibadah Ritual dan Sosial Ibadah zikir di kalangan masyarakat modern telah menjadi semacam wisata spiritual. Yang dilakukan hanya untuk menghilangkan dahaga setelah menjalankan rutinitas dunia yang semakin sibuk. Padahal sesungguhnya zikir adalah sarana mendekatkan diri kepada Tuhan, bukan untuk menghilangkan dahaga. Ketika zikir yang dilakukan secara berjamaah dalam suatu majelis jelas terlihat hujan tangis, suara lirih, dan ekpresi penyesalan tumpah ruah ketika suatu jamaah berkumpul. Namun berbanding terbalik ketika berada dalam kesendirian. Nafsu keduniawian kembali bergejolak dan menari-nari dalam dirinya. Kesenjangan antara ibadah ritual dan ibadah sosial terjadi sebab kegagalan kita memahami pesan-pesan Tuhan dalam kitab suci ketika hendak menjalankan ibadah. Padahal agama sendiri mengajarkan agar memaksimalkan potensi akal sebelum berbuat. Kita wajib berusaha memahami cara dan pendekatan Tuhan dalam menuntun hamba-Nya menuju kebenaran. Tuhan seringkali memberi pesan agar kita selalu menggunakan nalar ketika hendak menjalankan suatu perintah. Dalam beberapa ayat, Tuhan menggunakan gaya bahasa bertanya di akhir ayat dengan kalimat “Apakah kalian tidak berakal?” dan beberapa kata yang maknanya sama. Ini membuktikan bahwa menilai sesuatu sebelum mengambil keputusan haruslah melalui proses perenungan yang matang dan pikiran yang jernih. Namun faktanya, hari ini tidak banyak orang yang mampu menerjemahkan pesan Tuhan yang termaktub dalam kalamnya yang suci. Kebanyakan hanya mampu menjalankan ritual agamanya sesuai kehendaknya sendiri tanpa memikirkan konsekuensi dari ibadah tersebut. Misalnya dalam kitab suci, sifat Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang lebih ditonjolkan daripada murka-Nya. Tapi orang-orang lebih mudah mempersepsikan Tuhan sebagai “Penyiksa” daripada “Penyayang”. Cara beragama seperti ini sangat berpotensi menyulut api konflik antar umat beragama. Sehingga tidak mengherankan apabila berbagai macam kerusakan dan kekacauan timbul akibat kegagalan kita menggunakan akal sehat. Kita bisa menyaksikan di depan mata fenomena dan kehebohan yang tengah melanda umat muslim di negeri ini yang mayoritas kuat dalam ibadah ritual. Namun, hanya sedikit yang mampu mewujudkan kebaikan dalam kehidupan sosialnya. Lebih dari itu, bahkan ada yang sampai melakukan hal-hal yang kelewat batas. Hanya karena masalah sepele atau seseorang kebetulan telah menyinggung simbol-simbol agamanya. Memaksimalkan Ibadah Demikianlah kala ego mulai mengusai pikiran dan syahwat kekuasaan sudah merajalela. Maka gerak akal menjadi sempit, sehingga sangat sulit melihat kebenaran dan kebaikan pada diri seseorang yang dibenci, meskipun dia melakukan kebaikan selangit. Beribadah memang sangat penting, tetapi memahami dan menerjemahkan nila-nilai ibadah serta manfaatnya ke dalam kehidupan sosial jauh lebih penting untuk dilakukan. Karena terkadang seseorang lebih asyik dengan ibadah ritualnya tetapi mengabaikan ibadah sosial sebagai konsekuensi dari ibadah tersebut. Sehingga semua aktivitas ibadahnya menjadi kosong dari nilai dan manfaat. Kita bisa mengambil contoh pengamalan ibadah ritual yang begitu intensif dan semarak di mana-mana, namun di saat yang sama perilaku menyimpang berjalan seiringan. Entah karena apa hal tersebut dapat terjadi. Padahal Nabi SAW yang begitu kuat dalam ibadah ritual tetapi tetap memaksimalkan ibadah sosialnya. Sebagai contoh, Nabi sangat mudah memaafkan para pembencinya dan setiap orang yang memusuhi beliau. Bahkan beliau mendoakan mereka agar diberikan hidayah oleh Allah menuju kebenaran. Sebagaimana yang telah beliau lakukan pada sahabat Umar bin Khattab sebelum masuk Islam. Sayangnya, kebanyakan manusia lebih dikuasai sifat egoisme. Terkhusus dalam urusan beribadah. Sehingga apa yang mereka lakukan tidak mendatangkan manfaat bagi orang banyak justru malah sebaliknya. Sebagaimana kata Imam Ali bahwa “Tidak ada agama tidak sempurna agamanya bagi orang yang tak menggunakan akal sehatnya”. Editor Nirwansyah/Nabhan